Kamis, 06 Maret 2008

Mau Jualan HP ? Murah bangeet lhoo ...

Mau Jualan HP ? Murah bangeet lhoo ...
HP Esia dan SMART murah bangeeet...

Beli dalam jumlah banyak, kami akan memberikan harga khusus
Minimal pengambilan : 100 Pcs, boleh campur.

ESIA Warna : Rp. 255.000,-

Smart Htm Pth : Rp. 175.000,-
Smart Warna : Rp. 270.000,-
Smart Warna 399: Rp. 275.000,-

Anda bisa menawarkan ke Koperasi/teman/relasi atau toko pengecer.

Hubungi kami di 021-99168717, atau 021-9454.9494.

Kurang murah ? Ambil lebih banyak lagi, kami akan memberikan harga spesial.

Sabtu, 09 Februari 2008

Bakmi Jamur-Sederhana tapi menghasilkan

Bakmi Jamur-Sederhana tapi menghasilkan

“Mas, sepulang renang bungkusin aku mie jamur, yaa !”, pesan istriku sebelum aku berangkat renang bersama putriku, Sabtu 9-02-2008.
Bakmi Jamur ‘C’, di kawasan Cempaka Putih memang enak banget. Mie rebus yang kenyal ditambah irisina bawang goring, ayam goring bumbu dan jamur sungguh racikan yang menawan.
Pernah suatu hari, jam 11.00 sepulang menjemput anakku sekolah, bakul mie ini sudah tutup karena jualannya laris manis. Bukanya sih pagi hari sekitar jam 8.00. Terkadang, sehabis dari BCA yang berada di depannya, aku juga sering mampir. Maklum, jarak tempuh ke rumah juga tidak terlalu jauh, paling Cuma 5-10 menit perjalanan jalan kaki.
Mie ini hanya dijajakan pakai gerobak. Harga paket komplit adalah 12 ribu (di awal tahun 2008). Untuk rasa yang lezat, harga ini tidak lah terlalu mahal. Masih proporsional dengan value yang ditawarkan.
Bisa kita bayangkan bila sehari laku 100 porsi, berapa omzet yang dihasilkan ?
Omzet = 12.000 x 100 = 1.200.000,-
Bila marginnya 40%, berapa gross profit yang dihasilkan ? 1.200.000,-
Gross profit = 480.000,- atau sebulan +- 14.000.000,-
Itu belum termasuk menu minuman seperti teh botol, teh manis, dll.
Lumayan, kan ?
Yang mengejutkan, karena kelarisannya ini, dia tidak hanya membuka gerobak di 1 lokasi, namun beberapa titik. Tidak jelas, berapa gerobak yang dia tempatkan. Namun dia tetap menggunakan media tradisional untuk menjual dagangannya.

Toh, tetap saja laris !
Yang jelas, pedagang seperti ini bisa saja tidak lulus kuliah, tidak juga ikutan seminar, tapi terus belajar dari kondisi di lapangan. Bisa juga tidak punya dream yang muluk-muluk. Mengikuti permintaan pasar. Ada yang minta dibuatkan gerobak, tinggal pesan lagi. Kan sudah biasa. SOP-nya bisa jadi tidak tertulis, tapi cukup direkam dalam otaknya.
Nah, buat kita yang sudah sering ikutan seminar, mari kita gabungkan ilmu lapangan dan ilmu seminaran. Rasanya, ilmu ini bila disinergikan akan menghasilkan Kesuksesan yang lebih dahsyat lagi ! Amieen
Untunglah, siang itu, meski hari belum terlalu siang (masih sempat meeting sama designer percetakan di kolam renang), aku masih kebagian 1 bungkus bakmie untuk istriku tercinta. Nyam-nam.....

Salam,
http://www.mpishop.com/

Minggu, 27 Januari 2008

Bom saja ! untuk Meningkatkan Omzet

Bom saja ! untuk Meningkatkan Omzet
Oleh: Masbukhin Pradhana )*

Minggu 27 Januari 2008 setelah bangun tidur, mertua dan bude-bude yang sedang menengok kami di Jakarta, datang dari pasar Rawasari. Rombongan ibu-ibu ini disamping berbelanja lauk-pauk juga membawa jajanan pasar seperti lupis, cenil (kelanting) warna-warni, ketan putih dan hitam lengkap dengan parutan kelapa dan gula merah cair. Aku mengambil beberapa potong dalam 2 posri dan menyuguhkan salah satunya untuk pakde.
Rasa cenil masih sama dengan yang pernah aku rasakan saat usia kanak-kanak. Dulu sebelum berangkat sekolah, ada buk Tiha (baca: bok-logat Madura) suka berkeliling kampung dan menjual jajanan pasar ini.
Meskipun sudah dewasa, aku masih sering jalan ke pasar dan membeli jajanan ini. Bahkan tidak hanya di pasar tradisional, di mall-mall juga banyak yang menjual jajanan pasar ini dalam bentuk paket, di counter makanan.
Kunci dari rasa cenil adalah komposisi bahan yang akan menentukan kekenyalan dari cenil ini. Aku senang bila parutan kelapanya banyak berbalikan dengan penjual yang berusaha mengirit pemberian kelapa, karena cost-nya lumayan mahal. Kekentalan gula merahnya juga menambah kelegitan jajanan, palagi diperlegit dengan aroma pandan. Hm, nyam..nyam…nyam.
Ketan adalah bahan dasar Lupis. Untuk membuatnya bisa dibungkus daun pisang seperti membuat lontong dan selanjutnya dikukus. Setahuku ada dua bentuk lupis. Ada yang berbentuk panjang seperti bungkus lontong dan ada yang berbentuk segi tiga lebih kecil. Aku lebih suka yang berbentuk segi tiga karena lebih kenyal.
Aku pernah datang ke pasar Rawasari dan yang berjualan jajan pasar tidak hanya satu orang. Yang membeli juga banyak, bahkan kadang terlihat pembeli harus antri. Berarti bisnis jajanan pasar ini tidak lapuk dengan usia. Memang, kalau jualannya hanya 1 counter tentu dalam waktu buka pasar yang singkat tidak bisa ber-omzet jutaan. Tapi margin berjualan makanan ini lumayan besar, bisa sampai 50%.

Pentingnya Demand
Berarti peminat, demand, konsumen jajanan pasar ini ada. Kalau kita berjualan produk yang dibutuhkan orang, sudah pasti laku.
Dalam berbisnis, terutama pebisnis pemula, penting untuk memperhatikan calon konsumen. Kalau memang menurut analisa pasar bahwa peminat sebuah produk ini tinggi (bisa dilakukan dengan riset pasar sederhana), dimungkinkan usaha untuk menerobos pasar ini lebih mudah. Meskipun biasanya bisnis yang demandnya tinggi ini biasanya banyak juga yang melakukan, apalagi proses produksinya mudah.
Peminat sebuah produk bisa datang dari kalangan bawah, menengah atau atas. Untuk kasus jajanan pasar, biasanya produk yang dijual di pasar, yang membeli adalah kalangan menengah bawah. Untuk menjangkau kalangan atas, produk ini haruslah dijual di lokasi yang biasanya dikunjungi kalangan menengah atas, seperti mall. Karena, kalangan menengah atas pun tetap menyukai jajan pasar. Dengan berjualan di mall, akan mendongkrak omzet dan margin.

Bombardir
Hasil banyak akan dicapai bila berjualannya banyak sekali dikalikan dengan profit yang banyak. Demand yang sangat banyak dan tersebar, kalau hanya disediakan source sedikit, tentu tidak akan menjangkau hasil yang banyak.
Contoh: Yang suka jajanan pasar adalah penduduk Jakarta. Kalau kita hanya menjualnya di pasar Rawasari, tentu hasilnya Cuma sedikit. Tapi kalau di setiap pasar tradisional di Jakarta kita memiliki counter, maka hasilnya akan lebih banyak.
Jadi kalau ingin banyak, berjualannya jangan hanya 1 tempat tapi beberapa tempat. Bisa juga cara berjualannya dengan konsinyasi di mall-mall. Bahkan, persiapkan ragam jajanan yang lebih banyak, agar konsumen lebih banyak pilihan.
Jadi jangan ragu untuk membombardir Jakarta dengan Cenil, Lupis, Ketan hitam, bubur sumsum, lemper, pukis dll. Anda bisa membayangkan, Jakarta tidak banjir air tapi banjir jajanan pasar. Yang jelas, Anda akan banjir DUIT !

Anda tertarik mengembangkan bahkan membuka franchise jajanan ini ?

Tulisan ini diposting di: http://bisnistemanku.blogspot.com

)* Penulis adalah CEO MPI Shop, penulis buku best seller ‘Cara Brilian Menjadi Karyawan Beromzet Miliaran’ dan owner blog: http://mpishop.blogspot.com

Rabu, 16 Januari 2008

004-'Tukang Palak' Kecil di Pasar Wage

Banyak keluarga teman yang berjualan sembako dan juga mbako (tembakau)
setiap istirahat sekolah aku diajak teman2 ku keliling pasar untuk meminta sejumlah uang receh kepada keluarga. Bisa orang tuanya atau pamannya.
Jika kebetulan jualan ramai mereka bisa mendapatkan uang lebih banyak. Aku yang kebetulan tidak punya keluarga yang berjualan, tetap mendapatkan jatah. Mereka menaggap aku sahabatnya yang juga harus mendapatkan bagian.
Lumayan bisa buat jajan.
Hmmmm. masa kecilu. Sungguh indahnya mengenang menjadi 'tukang palak' kecil.

003-Jualanku diobrak pemilik kantin sekolah

Pada usia kelas 5 SD, saya punya usaha jualan toko kelontong. Produknya utamanya berupa: minyak tanah dan obat nyamuk yang menjadi kebutuhan pokok warga desaku. Tapi lambat laun aku juga berjualan obat-obatan umum, jajanan kering anak2, sabun cs, terigu, rokok, dan lainnya.
Ibuku menyediakan lemari kayu bekas yang sudah tidak dipakai. Aku senang sekali memiliki lapak di dalam rumah. Karena banyak yang beli, lapak itu dipindahkan ke dapur yang bisa diakses dari pintu samping.
Pelanggan utama adalah ibuku sendiri, pakdeku yang suka rokok Sukun, bulik dan tetangga sekitar. Untuk jajanan anak2, adik2ku sendiri juga mebelinya ke aku. Paling tidak uang jajanku cuma RP 100,-/sehari (tahun 1984-an). Dari bisnis keci-kecilan setiap hari aku bisa untung minimal Rp. 200.

Nah, aku lupa gimana ceritanya, yang aku ingat aku naksir pada cewek SD. Dia itu kreatif banget, dia membawa jajanan untuk dijual kepada teman2 cewek. Entah perasaan apa, aku pun meniru untuk berjualan produk lainnya. Aku menjual roti. Harga belinya 20 perak dan dijual lagi 25. Lumayan sih, sehari bisa laku 20 potong. Kadang bisa menambah keuntungan 50-100. Untuk menambah omzet, aku bahkan sempat merekrut agen pengecer di kelas lain yang tidak lain adalah adik kandungku dan adik sepupuku.
Namun malang, ada keluarga sekolah yang punya kantin. Selain dia, tidak boleh berjualan di lingkungan sekolah madarasah tersebut, karena akan mengurangi omzetnya. Karena usiaku agak besar, anak pemilik kantin yang seusia SMA ini tidak berani mengorku, tapi menegor adik2ku. Karuan saja mereka ketakutan.
Entah apa sebab berikutnya, yang jelas jualan di sekolah itu hanya berjalan beberapa minggu dan tidak kulanjutkan.

Tapi kenangan masa kecilku ini sungguh berbekas hingga sekarang. Hmmm, hebat juga aku waktu itu ? tapi pasti ada orang lain yang lebih hebat dariku di usia yang sama. Anda kah itu ? Silahkan komentari dan sharing juga.

salam,

Dimas
http://bisnistemanku.blogspot.com/

002-Aku suka Sari Tebu

Anda tentu sering main ke mall/trade center dan mendapati orang berjualan minuman segar berupa sari tebu dan sari/juice sirsak. Hampir di setiap mall ada. Disamping karena rasa dan kesegarannya, minuman ini memang enak untuk diminum.
Dalam berbisnis, kalau ada peminat/demand maka tinggal menyediakan supplynya. Otomatis, dengan modal yang relatif murah bisnis ini mudah untuk dikembangkan. Tinggal cari lokasi yang agak strategis dan terjangkau, maka minuman segar ini siap dijual.
Tebu merupakan salah satu bahan dasar gula. Rasanya memang manis. Setelah dipanen, di daerah yang wajib tanam memang menyetorkan tebunya ke pabrik gula. Kebetulan di daerahku, tebu hanyalah merupakan tanaman saat musim kemarau yang kalau dipanen di jual di pasar untuk dikonsumsi layaknya buah.
Saya menjumpai penjualan tebu dalam beberapa model:
Tebu 1: dikupas, dipotong kecil2 dan ditusuk bisa seperti sate atau dibuat seperti bunga/sate bunga. Aku biasa beli di kantin sekolah saat SD
Tebu 2: Beli di pasar atau di kebun saat panen untuk dihisap sarinya.
Tebu 3: Sari tebu dijual dipinggir jalan yang pengelolaannya masih konvensional
Tebu 4: Sari tebu sudah jadi (diproduksi di rumah) dan dijual di mall
Tebu 5: Terbaru, proses dilakukan di mall. Tebu pilihan. benar2 sari tebu tinggal ditambah es segar. terkhir saya membeli di mall Kelapa Gading.

Yang menggelikan, beredar issue yang menyebutkan, kalau anak kecil paling bagus makan tebu yang paling muda/ujung muda. Ujung tebu yang paling atas ini rasanya agak masam karenan memang paling muda. Menurut orang tua, kalau anak-anak makan ujung tebu, maka akan pandai berenang. Saya hampir mempercayainya. Karena saya memang jago berenang baik di kali atau di bengawan solo. Setelah agak dewasa, tentu saya suka makan/menghisap yang di bonggol/ujung paling bawah yang rasanya paling manis.

Hmmmmm, manis banget sari tebunya, warna kehijauannya asli banget !
manisss, kayak saya :-D

Selasa, 15 Januari 2008

Bisnis temanku 001-Pande Besi yang selalu saya tongkrongi

Ketika masih usia sekolah MI/SD, saya mendapatkan jatah istirahat sekolah jam 09.30-10.00. Kalau tidak sedang hujan, waktu istirahat itu kami pakai untuk bermain di lapangan sekolahan. Itu pun dilakukan setelah jajan, kegiatan yang wajib dilakukan meskipun hanya dengan sekedar krupuk upil+tempe gembos bumbu.
Seperti desa lain di Jawa, di kecamatanku juga menerapkan hari pasaran dalam 5 hari: Kliwon, Legi, Pahing, Pon dan Wage. Di desa dekat sekolahku, hari pasarnya jatuh pada hari Wage. Setiap hari memang ada aktivitas jual beli dan banyak toko baik yang permanen maupun yang gelaran. Namun di pasar Wage, banyak pedagang keliling yang hanya datang saat hari pasar saja. Mereka memiliki jadwal rutin 5 harian untuk berkeliling pasar yang raduisnya bisa mencapai 15 km-an.
Di jalan pasar Dukun, kab Gresik, ada bisnis pandai besi yang ikut ramai di hari Pasar Wage ini. Banyak pengunjung/pelanggan yang hanya datang khusus untuk membuat atau memperbaiki peralatan pertanian seperti: cangkul, arit (sabit), bendo, kampak dan sejenisnya.
Proses membakar dan kerja sama dalam memadatkan besi panas ini menjadi tontonan gratis warga, termasuk aku. Betapa imutnya aku saat itu diantara kerumunan orang-orang dewasa dengan berbagai kostum.
Proses membakarnya juga tidak canggih. Aku pun belum tahu bahan bakar apa yang dipakai, yang jelas besi yang dibakarpun terlihat merah sekali dan menandakan panas tiada tara.
Ketika usiaku sudah agak dewasa, aku sudah tidak menjumpai pande besi ini lagi. Tidak kudapat jawaban, apakah tidak ada penerus bisnis ini. Apakah tidak ada keahlian yang diturunkan ke generasi penerusnya, biaya produksi yang makin membengkak atau kalah bersaing dengan produksi massal ?

Aku jadi teringat, bagaimana bisnis yang aku jalani bisa diwariskan untuk generasi penerusku. Bagaimana persiapan manajemen dan sistemnya? wuaah, berarti kudu bikin PR nich.

Semoga kita makin sukses! amieen
salam,

http://mpishop.blogspot.com